Siswa SMA Labschool Kebayoran Juara Umum di Festival Folklore Internasional 2025

7 hours ago 3

Siswa SMA Labschool Kebayoran Juara Umum di Festival Folklore Internasional 2025

Siswa SMA Labschool Kebayoran Juara Umum di Festival Folklore Internasional 2025 (Foto: Okezone)

JAKARTA - SMA Labschool Kebayoran menyabet juara umum (grand prix) Festival Folklore Internasional ke-21 yang diselenggarakan di Primorsko, Bulgaria. Festival Folklore adalah ajang bergengsi bagi pelajar seluruh dunia untuk menampilkan seni budaya dari masing-masing negara. 

SMA Labschool Kebayoran menjadi salah satu delegasi Indonesia yang membawa misi budaya.  Grand Prix adalah fase final  setelah babak seleksi, di mana grup terbaik bersaing untuk meraih posisi tertinggi dan poin signifikan dalam World Ranking List.

Kepala SMA Dr. Suparno, MM mengungkapkan seni budaya Indonesia yang diperkenalkan adalah tari dan lagu daerah. Seluruh peserta adalah siswa SMA Labschool Kebayoran yang telah menjalani latihan dalam beberapa bulan sebelumnya.

“Ada delapan tarian dan tiga lagu daerah yang dibawakan siswa. Alhamdulillah kita bisa menyabet juara umum pada tahun ini,” ujar Suparno seperti yang dikutip dari rilis yang diterima media pada Senin (30/6/2025). 

Delapan tarian yang dibawakan adalah Mistik Gandrung Banyuwangi, Legong Mahawidya, Asok Manyasak, Lenggang Nyai, Bujang Ganong, Piring Sofyani, Lancang Kuning dan Papua Mambo Simbo. Tarian ada yang dibawakan grup dan solo. Sementara, lagu daerah yang dibawakan adalah Keroncong Kemayoran, Rungkad dan Si Patokaan. 

“Ini tentunya sangat membanggakan mengingat tahun lalu SMA Labschool Kebayoran juga mendapat juara umum International Youth Festival of Music and Arts-Muses 2024 di Bulgaria,” tambah Suparno. 

Sementara itu, ketua misi budaya dari siswa Nabil Athadaffa Muliawan menjelaskan misi budaya ini diberi nama preda vicaka Nusantara yang artinya pembawa kebijakan cinta Nusantara. Menurutnya, preda vicaka Nusantara adalah sebuah keluarga yang terbentuk melalui banyak tempaan dan rintangan. 

“Selama tiga bulan penuh, kami berlatih tanpa henti, mematangkan konsep, menyatukan langkah, dan menanamkan semangat Nusantara dalam setiap gerakan,” jelasnya. 

Read Entire Article
Desa Alam | | | |