{Take Profit} dalam Investasi Saham Secara Otomatis (Foto: MNC Sekuritas)
JAKARTA - MNC Sekuritas merupakan perusahaan efek di bawah naungan MNC Group, yang saat ini mayoritas sahamnya dimiliki oleh PT MNC Kapital Indonesia Tbk. MNC Sekuritas merupakan perusahaan penyedia layanan dan jasa perdagangan efek yang lengkap dan didukung dengan aplikasi online trading yaitu MotionTrade.
Dalam dunia investasi saham, salah satu strategi penting yang perlu dipahami oleh para investor adalah take profit. Meskipun terlihat sederhana, take profit memiliki peran besar dalam mengelola risiko dan memastikan keuntungan yang telah diperoleh tidak kembali hilang akibat pergerakan harga pasar yang fluktuatif.
Take profit adalah strategi untuk menjual saham ketika harga telah mencapai target keuntungan yang diinginkan. Tujuannya adalah mengamankan keuntungan sebelum pasar berbalik arah dan menyebabkan potensi kerugian. Investor pemula mungkin masih bingung kapan saat yang tepat untuk melakukan take profit.
MotionTrade telah merangkum 3 hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan investor dalam melakukan take profit saham, yaitu:
1. Berdasarkan Target Persentase Keuntungan
Saat investor membeli saham, maka tentukan juga target harga jual. Ketika harga sudah mencapai target untuk meraih keuntungan, maka lakukan take profit. Misalnya, menetapkan untuk take profit jika saham sudah naik 15% dari harga beli.
2. Menggunakan Analisis Teknikal
Banyak investor menggunakan indikator seperti resistance level, moving average, atau Fibonacci retracement untuk menentukan titik take profit yang ideal. Apabila saham yang dimiliki sedang naik dan saham tersebut memiliki potensi untuk koreksi atau turun, Anda bisa melakukan take profit terlebih dahulu kemudian beli saham kembali setelah terkoreksi.
3. Melihat Fundamental Saham dan Sentimen Pasar
Bila ada berita positif atau laporan keuangan yang mendorong harga naik, investor bisa memanfaatkan momentum tersebut untuk take profit. Investor bisa take profit dengan menjual saham yang sudah naik, terutama jika IHSG mulai tinggi atau muncul sentimen negatif yang berpotensi memicu koreksi.