Ramdani Bur
, Jurnalis-Sabtu, 14 Juni 2025 |16:51 WIB
Kisah Yuni (kanan) yang ikhlas melayani jamaah haji saat wukuf di Arafah. (Foto; MCH 2025)
MAKKAH - Di balik khusyuknya jutaan jamaah menunaikan puncak haji, ada sosok-sosok pahlawan tanpa tanda jasa yang rela mengabdikan diri sepenuh hati. Salah satunya Yuni Puspita Sari, bidan sekaligus dosen yang memilih menjadi bagian dari 120 petugas safari wukuf.
Sepuluh hari penuh, Yuni dan rekan-rekannya berjibaku merawat 477 jamaah lanjut usia (lansia) dan disabilitas, dari memandikan, mengganti popok, hingga menemani mereka meneteskan air mata syukur saat wukuf di Arafah. Bagi Yuni, melayani adalah ibadah, haji hanyalah bonus.

"Ketika ada program ini, saya bukan diminta, tapi meminta untuk menjadi petugas safari wukuf," kata Yuni kepada tim Media Center Haji (MCH) di Makkah, Sabtu 13 Juni 2025.
"Saya terbiasa mengurus pasien, tapi tugas ini tidaklah ringan," lanjut dosen Fakultas Kesehatan di Universitas Pertahanan ini.
Dari sekian jamaah yang pernah ditangani, salah satu yang berkesan di hati Yuni adalah Rosidah. Rosidah yang biasa disapa nenek Rudi karena sering mencari putranya yang bernama Rudi diketahui mengalami dimensia (penurunan daya ingat).
Nenek Rosidah dikenal sebagai sosok yang iseng. Bekerja sama dengan nenek Maria, mereka sering mengambil kunci kamar jamaah lain. Tak sekadar diambil, kunci kamar tersebut kemudian dibuang ke tempat sampah.
"Akibat usilnya, kami harus mencari barang yang dibuang di tempat sampah tersebut dan dikembalikan ke pemiliknya,” kata Yuni yang disambut gelak tawa tim MCH.